
Pendidikan Indonesia makin tercoreng dengan adanya orangtua yang tanpa pikir panjang dan secara dewasa langsung main tuntut menggunakan jabatanya sebagai tameng. Setelah Bu Nurmayani, rupanya kasus yang belum lama jadi bahan perbincangan hangat netizen ini, dicontoh oleh seorang bapak yang menuduh gurunya mencubit anaknya. Padahal sudah jelas bahwa anak diperingatkan agar mau mengikuti shalat dhuha yang diadakan di sekolah.
Sebenarnya sebelum ada kata damai ini, ada desas desus bahwa si SS yang berencana pindah sekolah ke sekolah sekolah lain langsung ditolak karena perlakuanya yang melecehkan martabat guru ini. Dari posting dimedia social facebook akun Niea mengatakan ia mendapat kabar dari temanya bahwa si SS langsung ditolak saat mau daftar ke SMA Kartika (daerah kodam Brawijaya) menggunakan seragam SMP Raden Rahmat. Saat mendaftar si SS ditemani oleh bapaknya yang notabene seorang TNI AD.

Menurut penuturan Niea,pemilik SMA Kartika merupakan Yayasan TNI AD MAKODAM BRAWIJAYA SBY dan pengurus yayasan tersebut adalah salah satu pejabat tinggi di Korps. TNI AD, wal hasil si bapak terkena marah saat dipanggil si bapak terancam sanksi berat di kesatuanaya karena telah dituduh telah mencemarkan Korps TNI AD. Hal ini karena si bapak yang membuat laporan kasus tuduhan penganiyayaan terhadap anaknya.
Setelah desas desus itu beredar, akhirnya dari fanpage facebook PGRI Kabupaten Sidoarjo di unggah beberapa foto yang menyatakan “SUDAH DAMAI”. Jadi orangtua si SS telah mencabut tuntutanya dan mau menyelesaikan kasus ini secara damai.
Leave a comment: