Announcement

Collapse
No announcement yet.

Mirisnya pendidikan di daerah pelosok Indonesia

Collapse
X
  • Filter
  • Time
  • Show
Clear All
new posts

  • #1

    Mirisnya pendidikan di daerah pelosok Indonesia



    anak sekolah di Padang sedang meniti jembatan darurat. ©The Sun
    Sistem pendidikan di Indonesia dinilai masin jauh dari memuaskan. Sebagian masyarakat Indonesia memilih untuk ke luar negeri guna mendapatkan pendidikan yang lebih baik, atau menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah internasional.

    Dua opsi tersebut mudah bagi masyarakat dengan level ekonomi menengah ke atas. Bagaimana dengan masyarakat dengan level ekonomi menengah ke bawah?

    Tampaknya, kurikulum bukan menjadi persoalan satu-satunya. Sarana dan prasarana sekolah juga menjadi persoalan yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Gedung sekolah yang rusak, jembatan yang ambruk, hingga tenaga guru yang kurang, harus segera mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Terlebih lagi menjelang berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akhir tahun 2015.

    Di beberapa wilayah, anak-anak Indonesia masih harus bertaruh nyawa menyeberangi sungai menuju sekolah. Salah satu aksi calon penerus bangsa ini sempat tertangkap kamera video dan diunggah di media sosial facebook.

    Dalam akunnya, Komunitas Korea Selatan mengunggah video perjuangan anak-anak SD menyeberangi sungai hanya dengan seutas tali. Video menggambarkan empat bocah bergelayutan di atas seutas tambang yang diikat pada sebatang pohon. Di bawahnya, aliran sungai deras siap melahap mereka ketika lalai berpegangan atau berpijak di tali.

    Belum lagi, gedung sekolah yang rusak, bahkan reyot dan tak beratap, mengganggu konsentrasi siswa saat belajar, terlebih lagi saat cuaca panas atau hujan kegiatan belajar pun akan terhenti.

    Kurangnya tenaga guru, menambah panjang masalah pendidikan di Indonesia. Bahkan pada Februari tahun lalu di Papua, sebanyak 296 prajurit TNI Kodam XVII/Cenderawasih menerima sertifikat mengajar dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan olahraga (Dikpora) Papua.

    Sertifikat diberikan karena ratusan prajurit ini telah melewati pelatihan selama 3 pekan dari Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan Universitas Cenderawasih. Mereka akan bertugas sebagai guru untuk membantu kekurangan tenaga guru di Papua.

    Untuk mengatasi persoalan sarana dan prasarana penunjang pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum guna mengatasinya.

    Mendikbud, Anies Baswedan, mengatakan akan mengumpulkan laporan jembatan rusak di seluruh wilayah di Indonesia. Selanjutnya akan berkoordinasi dengan Kementerian PU untuk menindaklanjuti.

    "Kita kumpulkan datanya online kemudian kita akan sampaikan ke Kementerian PU. Nanti PU yang akan bangun," kata Anies kepada wartawan usai gelar konferensi pers persiapan Ujian Nasional 2015, Jumat (20/3).

    Anies mengaku sangat mengapresiasi Kementerian PU dalam penyelesaiannya masalah ini. Ia menilai PU sangat responsif menanggapi laporan dari pihaknya. Walaupun sebenarnya masalah jembatan atau akses jalan sekolah yang rusak sebagian merupakan ranah tanggung jawab pemerintah daerah.

    Sejauh ini disampaikannya sudah ada 19 laporan yang telah diverifikasi dan akan dilaporkan ke Kementerian PU agar segera diperbaiki. Kemdikbud dan PU akan bekerjasama semaksimal mungkin untuk membantu anak bisa sekolah dengan mudah.

    Sebelumnya Anies meminta masyarakat untuk segera melaporkan jika ada masalah akses jalan ke sekolah. Hal tersebut guna membantu Kemendikbud mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk segera diperbaiki.


    Sementara itu, untuk mengatasi kekurangan guru, Anies telah menyiapkan beberapa skenario untuk memberikan sejumlah tunjangan kepada guru. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga akan menyebar Guru Garis Depan yang nantinya akan ditempatkan di daerah-daerah terpencil.

    Diyakini, persoalan kurangnya tenaga pengajar di daerah berkaitan erat dengan masalah kesejahteraan yang minim. Selain itu, tidak meratanya pembangunan infrastruktur membuat sulitnya akses antara kota dan daerah. Hal ini membuat guru yang berada di daerah terpencil harus mengajar beberapa kelas, bahkan lebih dari satu pelajaran.

    "Kita tempatkan guru garis depan," tutur Anies, Sabtu (16/5).

    Untuk gelombang pertama, akan disebar sebanyak 800 guru ke daerah terpencil. Guru-guru tersebut memiliki pengalaman minimal 2 tahun mengajar dan telah melalui seleksi yang diadakan sejak Desember 2014. Nantinya, para guru tersebut akan berstatus calon Pegawai Negeri sipil (CPNS) dan akan diangkat menjadi PNS daerah sesuai dengan sekolah tempat mereka mengajar.

    800 guru tersebut disebar ke 28 kabupaten/kota untuk empat provinsi yakni Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Aceh. Mereka diperuntukkan bagi Sekolah Dasar.


Powered by Stromotion
Working...
X